Meja itu saksi atas bincang asa
Sesap kopi iringi lantunan mimpi yang membara
Tiap kata mengalun disertai makna
Makna berhimpun menjadi irama
Duduk-duduk mengaduk emosi
Semeja penuh harapan tersaji
Dalam barisan penuh kreasi
Tanpa jenuh ciptakan narasi
Mentari hadir, siulan burung bergema
Berita terdengar jadi derita
Seperti palu menghajar kita
Sebagai pemikul beban atas rencana
Betapa naifnya saat tanda tak terbaca
Selalu ada badai datang menggoda
Sekarang meja penuh dengan realita
Semua bermuara menjadi dengung saja
Di setiapnya terselit tanya
Karna apa?
Dan jawabnya sama, entah
Mungkin ini orgasme spiritualistik
Kenyang dalam angan-angan
Kemarin aku mempost sebuah story dengan diiringi lagu Dzawin yang judulnya "Siapa".
"Kurasa benar apa kata kawan-kawan ku, aku harus mulai membuka hati"
Begitulah potongan bait dari salah satu lagu favorit ku yang kebetulan sangat relate dengan kondisi ku sekarang. Lagunya bercerita tentang seorang laki-laki yang pernah dikecewakan oleh harapannya sendiri, lalu pada suatu saat ia merasakan kembali apa yang ia rasakan saat pertama kali jatuh hati setelah lama tak merasakannya. Yang membedakannya kali ini adalah dengan penuh kehati-hatian. Karena setelah dikecewakan, ia merasa jatuh hati bukanlah suatu hal yang mudah. Sederhananya, kalimat yang cocok dengan lagu ini adalah "Mencoba berharap kembali". Dan ini yang sedang aku alami saat ini.
Sedikit bercerita, sejauh ini aku sudah 2 kali merasakan berharap yang kemudian berakhir dengan kecewa. Yang pertama, kecewa karna ku anggap memang "semesta" tak meridhoi, haha. Yang kedua, kecewa karna aku terlalu takut dan terlambat untuk mengungkapkannya. Semoga yang kali tak berakhir sama, ya.
Jatuh cinta tak pernah mudah bagi seorang yagi yang punya sudut pandanganya sendiri tentang cinta. Sering dianggap aneh dan tak jarang ku terima makian ketika tak menerima yang mencoba masuk. Karena pikirku, kalau hanya senang-senang saja, tanpa seorang wanita pun aku bisa seribu kali lebih senang. Ditambah prinsip nyeleneh ku yang tak ingin punya mantan lebih dari satu. Dengan prinsip seperti itu, aku mencoba mendoktrin diriku bahwa jatuh hati adalah hal yang sakral dan tak boleh main-main. Kalau saja aku terima semua yang mencoba masuk, mungkin jari-jari di kedua tangan ku tak cukup untuk menghitung jumlah mantan ku saat ini. Terkesan sombong dan angkuh, tapi karena tak pernah terjadi, kira-kira seperti itulah gambaran yang ada di kepala ku. Kita bebas kan melebih-lebihkan cerita kita sendiri? Karna setiap dari kita adalah pemeran utamanya, hahahaha.
Aku tak pernah mudah menjatuhkan hati, terlebih hanya karna visualnya saja. Bukan suatu hal yang bijak menurut ku. Karena ketika menjadi sebuah hubungan, visual tak pernah ambil bagian di dalamnya. Yang menjadi pemeran utama dalam sebuah hubungan adalah komunikasi. Ku anggap komunikasi lah yang megambil peran penuh dalam suatu hubungan. Tentu nya komunikasi yang melibatkan perasaan.
Pernah berpikir tentang sepasang kakek dan nenek yang masih saja mesra dalam menjalani hari tuanya? Padahal sudah penuh keriput di wajahnya. Hal yang seperti ini tak akan terjadi tanpa terjalinnya komunikasi yang baik diantara keduanya. Bayangkan betapa menyebalkannya ketika kita (cowo) sedang asik menonton tim bola kesayangan kemudian dia (cewe) tiba-tiba mengambil remot dan menggantinya ke drama korea. Jika keduanya saling mengerti satu sama lain dengan komunikasi yang baik sebelumnya, hal yang seperti ini tentu saja tak akan terjadi. Si cowo mengkomunikasikan ke Si cewe bahwa bola adalah salah satu bagian dari hidupnya, begitupula sebaliknya. Walaupun aku sendiri belum pernah mencoba berhubungan dengan wanita, kira-kira seperti itulah yang ada dalam reka di kepala ku. Bagaimana timbulnya saling mengerti karna komunikasi, bagaimana timbulnya sayang karna komunikasi, bagaimana terciptanya suasana yang hangat karna berkomunikasi.
Kembali ke jatuh hati, singkatnya setelah lama tak pernah terbuka, kali ini perlahan akan ku coba buka. Tentu saja tak ke semua orang. Hanya ke dia yang aku tuliskan dalam tulisan ku sebelumnya, eksklusif hanya di buku. Untuk kedua kalinya aku tuliskan di tulisan ini, semoga yang kali ini tak berakhir sama seperti sebelumnya. :)
"No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan).
Tapi apa mau dikata, gas air mata terlontar dan korban jiwa berjatuhan di tragedi kanjuruhan kemarin.
Apapun yang terjadi, kami tetap janji mendukung bola negeri ini!
Al-Fatihah
"Karna aku percaya bahwa kunci kebebasan itu jujur"
Allah itu ga ngasih apa yang kita inginkan. Tapi Allah akan kasih apa yang kita butuhkan
Belakangan ini kita dihebohkan dengan aksi teror yang terjadi di Makassaar dan yang terakhir (semoga) di Mabes Polri. Untungnya ga ada korban jiwa dari kedua aksi tersebut, tapi dampaknya di masyarakat sedikitnya agak terasa. Mulai dari perdebatan "Teroris ga punya agama" sama "Teroris punya agama, Agama nya Islam", Sampe "Teroris itu konspirasi. Mainannya intelijen" sama "Konspirasi bapak lu".
You know what? Semua hal tentang teroris, bagi aku pribadi menarik untuk dibahas. And i do love conspiration haha. Semua yang aku tulis adalah berdasarkan yang aku tau. Bukan fakta. Inget ya, bukan fakta. Kita ga tau fakta nya gimana. Tanya aja sama yang berwajib kalo masalah itu mah.
Oke, mari kita coba bahas.
Ya punya, Islam kan agamanya? Iya kan? Iya dongg. Karna sejauh ini yang melakukan aksi teror khusus nya di Indonesia adalah orang yang beragama Islam. Terus kenapa sih mereka mau ngelakuin aksi teror kyk gitu?
Oke, yang pertama harus kita pahami adalah di dalam ajaran Islam ada yang namanya Jihad. Apasih jihad itu?
Jihad dapat dimaknai sebagai “qital” atau “perang”, jihad juga dapat dimaknai untuk seluruh perbuatan yang memperjuangkan kebaikan.
Jihad dilakukan sesuai dengan keadaannya. Jika keadaannya menuntut seorang muslim berperang karena kaum muslim mendapat serangan musuh, maka jihad seperti itu wajib.
Namun jika dalam keadaan damai, maka medan jihad sangat luas, yaitu pada semua usaha untuk mewujudkan kebaikan seperti dakwah, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain.
Sangat tidak tepat, selalu memaknai jihad dengan “qital” atau “perang”, apalagi menggelorakan jihad dalam makna ini dalam keadaan damai.
Disitulah kekeliruan dalam memahami makna jihad bagi para telolis telolis ini. Menurut mereka jihad adalah perang, titik.
Nah, jihad menurut pengertian mereka inilah yang menjadi alasan dan latar belakang mereka untuk membenarkan apa yang mereka lakukan.
Oke, jadi poin nya adalah iya kalau teroris itu mempunyai agama. Iya kalau agama yang anut mereka adalah Islam. Tapi, ada pemahaman yang salah tentang apa yang mereka anut.
Jawabannya, ada! Kalau kita bilang teroris itu ga ada, lalu yang bawa bom dan tembak tembakin itu apa? Robot?
Mereka itu jelas jelas ada. Organisasi mereka ada. Mereka mati nya benaran. Mereka bunuh nya beneran. Mereka bawa bom beneran. Mereka ngebom gereja itu beneran. Mereka nyerang mabes itu beneran. Jadi konyol kalau ada yang bilang teroris itu ga ada, teroris itu settingan. Sama kyk orang yang ga percaya covid. Kek kek, otak nya dimana?
Nah, ini yang menarik. Seperti halnya segala aspek kehidupan yang lain. Teroris juga ga luput dari teori konspirasi. Dari sekian banyak teori konspirasi, konspirasi tentang teroris lah yang paling menarik menurut aku. Karna minim nya informasi yang bisa didapatkan tentang hal ini.
Pidato Donald Trump saat kampanye di mississippi menjadi heboh karna menyebutkan nama Hillary Clinton dan Obama. Kata belio, yang menciptakan isis adalah adalah Hillary Clinton dan Obama. Udah pernah liat video nya? Cari sendiri lah ya, di yutub banyak. Donald Trump selalu menuduh Clinton adalah founder nya isis. Clinton juga pernah bilang kalau orang orang yang mereka perangi di timur tengah saat itu adalah orang orang yang mereka danai, orang orang yang mereka latih. Obama juga pernah bilang dipidato nya agar segera melakukan pelatihan untuk para mujahiddin ditaliban.
Camp Bucca di irak diklaim menjadi incubator bagi munculnya tokoh tokoh ektremis yang kemudian menjadi tokoh tokoh isis dan kelompok teror di timur tengah.
Nah dari sini lah kemudian orang orang selalu berpikir kalau teroris itu adalah settingan. Yang kemudian menjadi keliru adalah orang orang mengeneralisasi kalau semua aksi teror itu settingan. Ini yang sakit.
Menurut ku gini loh, yang dimaksud settingan itu adalah ketika kelompok ini dapat 'gerakkan' sesuai kemauan 'usernya' melalui para tokoh yang berpengaruh di kelompok tersebut. Bukan serta merta semua yang dilakukan mereka itu settingan. Peluru mereka itu beneran loh, yang mereka bawa itu bom bukan petasan.
Nah mengapa konspirasi ini bisa terjadi? Ya karna sejak awal orang orang yang ekstrem itu udah ada. Jadi mereka itu ditunggangi oleh para pemilik modal melalui tokoh tokoh yang telah diciptakan tadi, begitu.
Contoh simpel nya gini, anggap lah aku pemilik modal nih, nah aku punya pribadi sama si A, karna si A menurut ku berbahaya untuk aku. Aku cari lah orang orang yang memang dari dulu kerjaannya malakin orang, copet, curi, begal, simpel nya penjahat lah kan. Nah karna aku punya modal gede, aku beliin senjata, aku panggilin pecatan TNI/Polisi yang punya background sakit hati sama instansi nya untuk ngelatih militer para penjahat penjahat tadi. Setelah penjahat penjahat ini jadi, aku tinggal perintahin untuk serang si A berserta para kerabat kerabatnya. Kasarnya begitu lah. Apakah para penjahat penjahat tadi ga ada? Ya ada, gituloh. Posisinya disini aku yang memanfaatin mereka.
Oke, jadi apakah mungkin teroris itu ciptaan dari kekuatan besar yang memiliki modal? Iya, sangat mungkin. Makanya supaya ga manfaatin, ya jangan jadi ekstrem.
Berat ya bahasan kali ini wkwkw. Dahlah gitu aja
“Terrorism is the best political weapon for nothing drives people harder than a fear of sudden death”. -Adolf Hitler
Jika yang kau butuhkan hanya sendiri, maka menyendirilah. Tutup rapat pintu, dan matikan lampu. Biar saja dalam gelap kau bersembunyi. Mereka perlu kehilanganmu. Agar ada sedikit harga untuk hidupmu.
Jika yang kau butuhkan hanya sendiri, maka menyendirilah. Karena bersama memang tidak selalu bahagia. Walaupun bersamamu, mereka tak pernah hilang tawa.
Sc: @tentang.ra.sa
Sendiri itu tenang. Tidak ada pertengkaran, kebohongan dan banyak aturan.