Blog ini adalah blog pribadi. Berisi tentang curhatan, sudut pandang dan pengalaman Penulis

Senin, 03 Oktober 2022

Kanjuruhan Disaster & Gas Air Mata

1 Oktober 2022
Derby jatim antara Arema vs Persebaya berubah menjadi bencana terburuk sepanjang sejarah sepak bola di negeri ini. Ratusan korban tewas, bukan karna tawuran, bukan! Tragedi ini terjadi karna supporter yang panik dan berdesak-desakkan yang kemudian ada yang terinjak-injak, kehabisan oksigen, sesak napas dan kemudian meninggal. Karna apa? KARNA GAS AIR MATA YANG DILONTARKAN TEPAT KE TRIBUN PENONTON!

Kenapa gas air mata dilarang penggunaannya di stadion?

Perlu kawan kawan ketahui, sederhananya prosedur penanganan massa di stadion nd bisa disamakan dgn jalan raya. Dan di stadion nd se-luwes kalo kita di jalan raya pada saat aksi dsb dsb. 
Perlu kawan kawan ketahui, di stadion, pintu keluar dari tribun itu kecil dan sempit. Nd perlu ada gas air mata pun, supporter selalu menumpuk di pintu keluar setiap kali sehabis pertandingan. 

Penggunaan gas air mata di stadion ini udah ada diatur oleh FIFA dalam aturan FIFA terkait pengamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Safety and Security).  Petugas Keamanan tidak diperkenankan memakai gas air mata bahkan membawanya masuk ke dalam stadion. 

Tertulis di pasal 19 b tentang petugas penjaga keamanan lapangan (Pitchside stewards), yang berbunyi, 

"No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan).

Tapi apa mau dikata, gas air mata terlontar dan korban jiwa berjatuhan di tragedi kanjuruhan kemarin. 

Supporter norak turun kelapangan! 

Dengan berat hati harus kita akui kalo memang supporter yg turun ke lapangan itu kampungan dan cenderung rusuh. Tapi perlu kawan kawan ketahui lagi, supporter turun ke lapangan bukan baru kemaren. Sudah terlalu sering.

Ambil contoh, pada tahun 2019 ketika Persebaya kalah dari Pss Sleman, bonek turun ke lapangan dan membakar apapun yg bisa dibakar. Anarkis dan out of control sekali waktu itu. Apa yg dilakukan polisi? Mengamankan pemain tok, setelah pemain aman mereka cuma diam dan berkumpul di lapangan. Kerugian materil nya luar biasa. Tapi nihil korban jiwa. Bijak! 

Ambil contoh lagi, ketika clash antara BCS dan Aremania di Maguwoharjo, Sleman. Yang memang tawuran antara supporter. Rusuh sekali waktu itu. Apa yang dilakukan aparat keamanan disana? Mukul mundur bcs dgn pentungan dan hanya mengamankan Official, Pemain dan Aremania tok! Setelah itu mereka cuma mengawasi dari tengah lapangan.

Ini berbeda dengan tragedi Kanjuruhan kemarin. 

Supporter turun ke lapangan untuk protes ke pemain mereka (Arema) sekaligus menyemangati. Memang begitulah yang sering terjadi di sepak bola Indonesia. Hal yang sangat lumrah sekalii. Percayalah mereka NDA MUNGKIN ngelukai pemain mereka, apalagi punya niat untuk membunuh. Semua ini terjadi karna memang ini laga derby. Arema dan Persebaya udah jadi rival dari jaman dulu. 
Tensi tinggi di laga derby udah biasa. Ketika supporter ngelempar botol dan meneriakkan makian makian terhadap tim rival sangattt wajar terjadi di laga derby. Bukan hanya di Indonesia aku rasa. Karena laga derby menurut para supporter adalah ajang pertaruhan harga diri. 

Tragedi Kanjuruhan kemaren aparat keamanannya OVER ACTING. 

Jargon "tegas dan terukur" hanyalah bualan belaka. Kenyataan di lapangan, aparat lepas kendali, arogan dan seolah-olah menganggap bahwa supporter yang turun ke lapangan adalah musuh negara yang berpotensi mengkudeta presiden dan membahayakan keamanan negara. "Mereka berbahaya, harus kita bunuh!" Begitu kira kira yang terjadi kemarin.

Pukulin pake pentungan LEBIH DARI CUKUP! 

Kalau saja mereka menjalankan tugas sebagai aparat keamanan dengan prosedur yang sesuai, yaitu MENGAMANKAN pertandingan, aku rasa cukup lah yang dilakukan seperti kejadian-kejadian yang sebelumnya udah aku sebutkan. Bukannya malah nembakin gas air mata ke tribun yang malah membuat situasi semakin chaos dan supporter yang di tribun panik menyelamatkan diri. 

Semua orang panik saat gas air mata meletup tepat di tribun tempat mereka berdiri. Dengan keadaan stadion yang udah aku sebutkan diawal, semua orang secara bersamaan ingin menyelamatkan diri mereka. Bukan selamat yang mereka dapatkan, tapi tragedi lah yang terjadi. 
Di tribun isinya bukan hanya laki-laki. Bukan juga perusuh semua. Ada orang tua, perempuan dan anak kecil di sana. Nda terlintas kah di otak kalian sesaat sebelum menarik pelatuk pelontar gas air mata tuh? Dengan gagahnya kalian lontarkan gas air mata ke sana. P, otak kalian di mana? 

Karna GAS ATR MATA!!

Dibakarnya 10 mobil dinas polri dan gugurnya 2 anggota polri adalah imbas dari terlontar nya gas air mata yang meletup tepat di tribun. Siapa yang nda terbakar amarahnya ketika berada di posisi supporter yang berada di Kanjuruhan malam itu?

Setau aku, mereka yang berseragam di sana ada diberikan ilmu tentang psikologi massa. Kemana larinya pemahaman itu? Ooo pak!!? Mukulin SATU orang supporter di depan ribuan supporter lainnya hanya akan menyulut emosi ribuan supporter yang TIDAK dipukulin. Aku rasa mereka paham ini. Nd mungkin nd paham. Mereka menempuh pendidikan selama 6 bulan, harusnya keluar pendidikan jadi seorang penegak hukum yang pintar dan tidak bodoh. 

"Bukan saatnya kita untuk saling menyalahkan. Harusnya kita saling menguatkan"

Betul apa yang diucapkan Abdur Arsyad, sayangnya kalimat seperti ini keluar dari mulut orang yang selalu menyalahkan supporter. Mereka yang mengatakan itu, itu mulut yang sama yang selalu menyalahkan supporter. 
Kawan-kawan aku banyak dari Aremania. Demi apapun, satu stadion menyalahkan polisi yang bertindak gegabah, arogan dan cenderung bodoh dalam menyikapi kejadian kemarin.

Akhir kata 

Semua lini harus berbenah dalam tragedi ini. Supporter, Polri, TNI, PSSI, Panpel, PT LIB dan Indosiar.

"Tidak ada sepak bola, yang seharga dengan nyawa manusia". Jujur capek harus nyucapkan ini setiap tahun. Tidak ada semoga, tragedi ini HARUS jadi yang terakhir dalam sejarah sepakbola di Indonesia. 
Maaf kalau ada perkataan yang menyinggung, kalaupun tersinggung silakan instrospeksi.

Apapun yang terjadi, kami tetap janji mendukung bola negeri ini!


Al-Fatihah 

3.10.22
Virg Yagi Pramudita

0 komentar:

Posting Komentar