Blog ini adalah blog pribadi. Berisi tentang curhatan, sudut pandang dan pengalaman Penulis

Senin, 08 Juni 2020

Referensi

Apapun yang bisa kita masak tergantung dengan bahan bahan yang tersedia di dapur.

Anggaplah kita punya nasi, mentega, bawang putih. Apa yang bisa dia masak? Nasi goreng. Yang jelas dia tidak bakal bisa masak mie ayam. Kenapa? Karna bahan bahannya ga ada

Otak kita juga sama. Kepala kita itu ibarat dapur dan hanya bisa untuk mengeluarkan sesuatu kalau seandainya dia punya bahannya, kalau dia ga punya bahannya dia ga bakalan bisa mengeluarkan sesuatu itu.

Ada kisah yang sangat terkenal ketika Hasan bin Ali ini pernah di caci maki oleh seseorang. Ketika ia keluar bersama anak nya ia mendapati seorang yang mencaci dia dengan segala macam cacian. 

Lama kemudian cacian itu terjadi, di dengarkan oleh Hasan ni bin Ali sampai kemudian orang ini sudah puas mencaci Hasan bin Ali kemudian ia pergi. Lalu anak nya bertanya:
"Wahai bapakku, dengan segala hormat saya ingin bertanya, kenapa kamu gak bales orang ini?"
Kemudian ia menjawab:
"Saya ga tau gimana cara balas nya. Karena saya tidak menemukan kata kata yang bisa membalas kata kata dia"

Kisah tersebut seakan akan memberitahu kita bahwa kita hanya dapat mengeluarkan apa yang kita punya. Seandainya Hasan bin Ali mempunyai kamus kata kata kasar mungkin ia akan membalas nya, tapi kenyataannya tidak. "Teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam nya. Kalau isinya air putih, ia akan mengeluarkan air putih. Kalau isinya kopi, ia akan mengeluarkan kopi. Maka apapun yang kita keluarkan apapun yang kita hasilkan apapun yang kita produksi dalam diri kita sejatinya adalah hasil dari apapun yang sudah kita masukkan ke dalam diri kita. Kita bisa menyebut nya "informasi/referensi".

Maka ini penting banget kalau kita ingin berubah. Lalu bagaimana caranya kita berubah? Kita bisa berubah kalau kita mau dengan sadar untuk mengganti apapun yang masuk ke dalam diri kita.

Dirangkum dari : https://youtu.be/0pyQ_08eJ7I
Read More

Sabtu, 02 Mei 2020

Menghukum Diri Sendiri

Setiap manusia pernah melakukan kesalahan, itu wajar, tak ada masalah dari itu. Yang mengubah ia menjadi bodoh adalah ketika ia melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, atau bahkan berulang ulang. Jika ada yang lebih buruk dari bodoh, maka itulah yang pantas untuk ia dapatkan. Perkenalkan, ia adalah aku.

Terbersit dalam benak, "Bagaimana kalau aku menghukum diri ku sendiri?"
Diwaktu yang bersamaan, muncul pertanyaan, Bagaimana bisa?

Jikalau rasa sakit itu tidak ada, ingin sekali rasanya menghakimi sibodoh ini.
Jikalau istilah "nyawa sembilan" pada kucing bisa di terapkan pada manusia, ingin sekali rasanya berpindah dari nyawa satu ke nyawa yang lainnya.

Tapi semua itu tak mungkin jika dilakukan. Satu satunya cara yang bisa dilakukan adalah dengan menjadikan nya sebagai pelajaran yang amat berharga. Ya, agak terdengar klasik. Tapi, hey, doakan saja sibodoh ini agar tidak mengulangi kesalahannya lagi untuk yang ke seribu kali.
Read More

Jumat, 01 Mei 2020

Berbeda(?)

Tak seperti tahun tahun kemarin, Ramadhan tahun ini berasa sangat berbeda. Biasanya saat bulan yang penuh kemuliaan ini datang, ntah mengapa hati ini terasa amat senang, tanpa sebab. Berangkat tarawih dengan penuh semangat, Bangun sahur dengan penuh harapan, Ngabuburit menunggu waktu berbuka tiba penuh dengan perasaan gembira. Mungkin kita masih merasakan hal tersebut di atas, tapi dengar kadar yang berbeda untuk tahun ini.

Bukan bermaksud untuk mengeluh, tapi semua ini terasa sangat menggangu. Kita tidak mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan di Bulan yang seharusnya penuh kebahagiaan ini.

Terlepas dari itu semua, kita harus sadari bahwa semua yang terjadi sekarang adalah teguran dari Allah. Mungkin tahun tahun yang lalu kita belum maksimal dalam beribadah di Bulan Ramadhan, diberikan Ramadhan lagi, masih belum maksimal, diberikan Ramadhan lagi, masih juga belum maksimal. Butuh berapa ramadhan lagi untuk bisa maksimal? Ya, Kita harus lebih peka lagi terhadap kode kode yang diberikan Nya.
Read More

Sabtu, 28 Maret 2020

Aku Belum Siap

Aku belum siap
Aku belum siap jadi wartawan 
Bertanya tanpa ditanya
Memberitahu tanpa ditanya

Aku belum siap
Aku belum siap jadi kuncen
Menunggu jawaban dari pertanyaanku
Menunggu respon dari pernyataanku

Aku belum siap
Aku belum siap jadi orang dermawan
Membagi rasa senangku 
Membagi rasa dukaku

Aku belum siap
Aku belum siap ikut remedial
Mengulang cerita tentang masa silamku
Mengulang cerita tentang masa depanku

Aku belum siap
Aku butuh waktu 
Mungkin 5 menit lagi
Read More

Kamis, 06 Februari 2020

Berpakaian

Don’t judge the book by it’s cover, itulah pepatah dalam bahasa Jungkat yang sering gua denger. Buat gua, itu ga bisa jadi alasan sehingga gua nggak peduli dengan apa yang gua kenakan. Karna tetep aja orang akan menilai gua pertama kali dari cara gua berpakaian.

Pakaian adalah yang paling pertama terlihat dan itu pula yang pertama kali orang nilai. Kalo ada orang jalan-jalan di pinggir jalan telanjang bulet, gua akan berpikir itu orang gila dan nggak mungkin gua mikir dia polisi. Dan sebaliknya, gua nggak akan berpikir orang berseragam di pinggir jalan, mengatur lalu lintas adalah orang gila.

Dalam pepatah bahasa arab dikatakan “Tsaubuka yahtarimuka qobla julusika wa aqluka yahtarimuka ba’da julusika, yang artinya, bajumu membuatmu terhormat sebelum kau duduk, dan akalmu membuatmu terhormat setelah kau duduk.

Buat orang menghargai kita dengan berpakaian layak, sehingga kita punya kesempatan lebih untuk membuatnya kagum dengan kemampuan kita.

Dari gua kecil, papah gua slalu bilang “Penilaian orang pertama kali terhadap kita adalah pakaian.”
Read More
Categories: